Total Tayangan Halaman

Kamis, 10 Maret 2011

Kisah Ulang Tahun yang ke 6...

Hari ini jagoanku Ahmad Hekam Abdik Elmazer genap berusia 6 tahun, kamis, 10 Maret 2011. 
Sehari sebelum tanggal 10, dia minta ulang tahunnya dirayakan lagi seperti tahun lalu. "Bunda ulang tahunku dirayakan ya..aku mau ngundang teman-temanku", ungkapnya penuh harap. Dan aku diam..."Boleh bunda ya..di tony jack ya..disana ada badutnya..Aku juga pengen dapat kado banyak...", dia tetap meminta. "Boleh saja dirayakan, tapi nggak usah jauh-jauh ya, gimana kalo ulang tahunnya di mushola aja. Besok hari jum'at kan ada Maulidan tuh, jadi bareng sekalian. Nanti bunda bikin kuenya untuk teman-teman di Mushola", jawabku. "Aduh bunda, teman-teman ngajiku jahat-jahat, aku nggak mau, lagian nanti nggak dapat kado", tolaknya "Untuk kado, nanti bunda yang ngasih, mas Ekal minta kado apa?" jawabku mencoba membujuknya. "alah bunda-bunda, di tony jack ya..? rengeknya lagi. "Nanti kalo temannya nggak ada yang datang gimana", ucapku berusaha mengalihkan, dan akhirnya.."Ya wes, tapi bunda ngasih kadonya yang banyak ya, aku minta pesawat yang ada remotnya, harganya 400 ribu!", ujarnya. 
Pesawat dengan harga 400 ribu ?? Anakku memang sudah tahu barang dan harganya, karena dia pernah melihat sebelumnya. akhirnya untuk sementara aku iyakan permintaannya.


Ketika tanggal 10 Maret....
Pagi, anakku sudah siap-siap, mandi dan berpakaian rapi. Kemudian dia menagih kado ulang tahun kepadaku. Tanpa banyak ngomong, aku ajak dia ke toko mainan, agar memilih sendiri apa yang dia suka. Hari ini aku ijinkan dia tidak masuk sekolah.


Di toko mainan, penjual menunjukkan berbagai macam mainan. Singkat cerita, anakku tertarik dengan mobil sport seharga 65.000. Dalam hati aku bilang alhamdulillah, akhirnya bukan pesawat  dengan harga 400 ribu yang dipilih. Maklum bulan ini lagi banyak pengeluaran hehehe...
Setelah membeli kado ulang tahun, kuajak anakku ke perempatan lampu merah di daerah Kertajaya. Disana banyak sekali penjual asongan yang masih belia. Aku turun dari kendaraan diikuti anakku, dan memanggil penjual koran kecil, berusia 11 tahun. "Hai dek, beli koran!", Penjual koran kecil mendekat dengan wajah sumringah. "Saya lihat dulu beritanya ya..", sambil membaca headline aku bertanya pada penjual koran kecil "Nggak sekolah dek?", "Nggak bu, tidak punya biaya..." jawabnya "Lho sekarang sekolah kan gratis...", "Iya bu, tapi kalo saya sekolah, nanti nggak ada yang bantu emak mencari uang. Bisa-bisa nggak makan, adik saya kan ada 2 ", terangnya panjang lebar...Sedang anakku tampaknya memperhatikan obrolan ini. Dan ini yang aku harapkan..Dia dapat belajar dari penjual koran yang hidup serba kekurangan. Seorang anak yang keinginannya tidak selalu dapat terpenuhi, seorang anak yang dengan kemiskinannya, masih mau berusaha. Bekerja keras membantu orang tuanya.
Akhirnya aku membeli 2 koran, Jawa Pos dan Surya. Uang aku berikan kepada anakku, "tolong mas, kasih uang ini ke teman penjual, trus kembaliannya nggak usah diminta ya", pintaku sambil mengeluarkan uang dari dompet.


Dalam perjalanan pulang...
Terselib doa untuk anakku tersayang, semoga dia dapat belajar mensyukuri apa yang telah dimiliki, karena masih banyak anak yang tidak mempunyai sebagaimana yang telah didapat olehnya.
Semoga dengan bertambahnya umur, anakku semakin dapat memahami kearifan hidup dengan memungut hikmah yang berserak di semesta raya..
Amiin...

Selasa, 01 Maret 2011

Rasa kehilangan dan rasa syukur

Ada seorang teman cerita kepada saya, "Kemaren sabtu sepeda motorku ilang bu...kebangetann banget maling ni..", ceritanya dengan nada jengkel dan sedih. "Lho kok bisa", aku mencoba untuk simpati. "Iya, padahal udah diparkir dihalaman dengan pager tertutup, ilangnya pas siang lagi, huft....", ungkapnya semakin geregetan. "Dah lapor polisi?", tanyaku berusaha menghibur, "Udah, dari polisi ampe preman udah aku lapori", tambahnya "sabar ya jeng, mudah-mudahan segera ketemu dan ada hikmahnya...", hiburku

Dari pengalaman teman ini, coba kita bayangkan bagaimana rasanya kehilangan sesuatu yang sangat kita butuhkan atau kita cintai? tentunya sedih bukan? pengen menangis sekeras-kerasnya bukan? uft..tapi jangan lama-lama. Akan banyak energi yang terkuras jika kita tidak segera bangkit dan keluar dari lingkaran kepedihan ini.

Munculnya perasaan sedih, menyesal, kesal, marah ketika kita kehilangan sesuatu adalah hal yang wajar. sangat manusiawi. Setiap manusia yang normal pasti akan mengalami perasaan demikian. Semua sama, akan merasa sedih dan galau. Yang membedakan hanya pada cara pandang dan cara sikap kita ketika mengalaminya. Ada yang terpuruk ketika kehilangan apa yang disayanginya, hingga putus asa, bahkan depresi. Ada juga orang yang dapat mengambil hikmah dari peristiwa kehilangan yang terjadi. Yang lebih utama, ada orang yang mempu mensyukuri atas kehilangan dan kemalangan yang menimpa. Orang semacam ini selalu ingat dengan ayat Qur'an  yang mengatakan "Allah akan menguji manusia dengan rasa takut, lapar, kehilangan harta dan jiwa. Jika manusia tetap gembira dan bersyukur, tetap berharap pahala dan surga serta ridlo Allah, maka kebahagian hakiki pantas untuk mereka".

Dalam setiap kejadian apapun, orang yang terbiasa bersyukur, akan mampu memandang dari sisi positifnya, baik kebaikan maupun musibah. Bagi mereka, kemampuan mensyukuri apapun, merupakan kebahagiaan terbesar yang dimiliki. Jadi kebahagiaan bagi mereka bukan pada kejadian yang menimpa. Tapi lebih pada kemampuan mengelola fikiran dan perasaan untuk dapat menikmati setiap kejadian yang dialami, baik kemalangan maupun keberuntungan.

Kemampuan untuk mensyukuri segala keberuntungan dan kemalangan, dapat terbentuk jika fikiran dan perasaan kita dapat mengikhlaskan segala yang kita alami, merelakan apa yang kita hadapi, karena sudah merupakan kehendak yang mesti terjadi. Peristiwa yang "harus" terjadi dalam perjalanan hidup kita. Semua sudah tergambar dan tercatat di lauh mahfudz apa yang bakal kita hadapi ...
so belajarlah untuk mengikhlaskan segala yang kita hadapi, karena kita akan dapat mensyukuri segala yang kita terima...Karena sesungguhnya "kemampuan" kita untuk mensyukuri segala yang terjadi adalah kebahagiaan...Kebahagiaan hakiki yang senantiasa kita cari.