Total Tayangan Halaman

Selasa, 01 Maret 2011

Rasa kehilangan dan rasa syukur

Ada seorang teman cerita kepada saya, "Kemaren sabtu sepeda motorku ilang bu...kebangetann banget maling ni..", ceritanya dengan nada jengkel dan sedih. "Lho kok bisa", aku mencoba untuk simpati. "Iya, padahal udah diparkir dihalaman dengan pager tertutup, ilangnya pas siang lagi, huft....", ungkapnya semakin geregetan. "Dah lapor polisi?", tanyaku berusaha menghibur, "Udah, dari polisi ampe preman udah aku lapori", tambahnya "sabar ya jeng, mudah-mudahan segera ketemu dan ada hikmahnya...", hiburku

Dari pengalaman teman ini, coba kita bayangkan bagaimana rasanya kehilangan sesuatu yang sangat kita butuhkan atau kita cintai? tentunya sedih bukan? pengen menangis sekeras-kerasnya bukan? uft..tapi jangan lama-lama. Akan banyak energi yang terkuras jika kita tidak segera bangkit dan keluar dari lingkaran kepedihan ini.

Munculnya perasaan sedih, menyesal, kesal, marah ketika kita kehilangan sesuatu adalah hal yang wajar. sangat manusiawi. Setiap manusia yang normal pasti akan mengalami perasaan demikian. Semua sama, akan merasa sedih dan galau. Yang membedakan hanya pada cara pandang dan cara sikap kita ketika mengalaminya. Ada yang terpuruk ketika kehilangan apa yang disayanginya, hingga putus asa, bahkan depresi. Ada juga orang yang dapat mengambil hikmah dari peristiwa kehilangan yang terjadi. Yang lebih utama, ada orang yang mempu mensyukuri atas kehilangan dan kemalangan yang menimpa. Orang semacam ini selalu ingat dengan ayat Qur'an  yang mengatakan "Allah akan menguji manusia dengan rasa takut, lapar, kehilangan harta dan jiwa. Jika manusia tetap gembira dan bersyukur, tetap berharap pahala dan surga serta ridlo Allah, maka kebahagian hakiki pantas untuk mereka".

Dalam setiap kejadian apapun, orang yang terbiasa bersyukur, akan mampu memandang dari sisi positifnya, baik kebaikan maupun musibah. Bagi mereka, kemampuan mensyukuri apapun, merupakan kebahagiaan terbesar yang dimiliki. Jadi kebahagiaan bagi mereka bukan pada kejadian yang menimpa. Tapi lebih pada kemampuan mengelola fikiran dan perasaan untuk dapat menikmati setiap kejadian yang dialami, baik kemalangan maupun keberuntungan.

Kemampuan untuk mensyukuri segala keberuntungan dan kemalangan, dapat terbentuk jika fikiran dan perasaan kita dapat mengikhlaskan segala yang kita alami, merelakan apa yang kita hadapi, karena sudah merupakan kehendak yang mesti terjadi. Peristiwa yang "harus" terjadi dalam perjalanan hidup kita. Semua sudah tergambar dan tercatat di lauh mahfudz apa yang bakal kita hadapi ...
so belajarlah untuk mengikhlaskan segala yang kita hadapi, karena kita akan dapat mensyukuri segala yang kita terima...Karena sesungguhnya "kemampuan" kita untuk mensyukuri segala yang terjadi adalah kebahagiaan...Kebahagiaan hakiki yang senantiasa kita cari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar